Langsung ke konten utama

Antara Guru, Kepala Sekolah dan Pejabat Dinas Pendidikan

Sistem yang gonta-ganti keputusan meluluskan siswa sangat besar dampaknya bagi generasi penerus bangsa. Guru yang berdiri di garda paling depan pendidikan dibuat pusing oleh peraturan ini. Adanya peraturan bahwa siswa lulus karena ada bantuan nilai raport semester 3, 4, dan 5 di tingkat SMA, membuat siswa malas berpikir, malas belajar, malas mengikuti jam tambahan sore, malas apapun. Mereka berpikir para guru pasti akan memberikan nilai yang tinggi di raport, pasti gurunya kasihan, sehingga akan diluluskan semua. Sebagian guru sekarang mengeluh siswa tidak ada semangatnya belajar, apakah karena peraturan tersebut? Siapa yang Setuju? bagaimana kalau sistem kelulusan seperti lima tahun yang lalu, bahwa UN adalah penentu satu-satunya kelulusan. Kali ini siswa yang protes, masa tiga tahun sekolah hanya ditentukan selama tiga hari. Tapi kalau peraturan seperti tahun ini, guru yang mengeluh wahai para siswa,,,,,,,kalian kurang sekali semangat belajarnya, seolah-olah pada percaya diri pasti lulus, gurunya akan ambruk nama baiknya kalau ada satu siswa yang tidak berhasil lulus, sehingga sekolah berlomba-lomba menaikkan KKM. Memang sebagai guru saya menyadari, kepala sekolah punya kepentingan dengan nama baiknya, otomatis kepsek berharap siswanya lulus 100%, kepala dinas juga punya urusan terkait dengan jabatannya, nah guru????? yang berdiri didepan kelas sepertinya kurang ikhklas kalau anak yang secara kompetensi belum lulus tapi harus diberi nilai tinggi agar dia tertolong kalau-kalau nilai UN nya kelak rendah. Siswa yang mengetahui peraturan ini, bagi yang punya bakat menyepelekan guru pasti akan tambah menyepelekan lagi. Saya sebagai guru tidak takut kalau ada siswa saya yang tidak lulus, apalagi kalau tahu anak tersebut sehari-hari tidak punya keinginan untuk tahu, untuk mengerti, untuk memahami pelajaran yang harusnya dia kuasai. Tahunya hanya berangkat, yang penting gurunya pasti tidak akan tega kalau tidak meluluskan.yah.....pendidikan macam apa ini.... sekolah bukan pencetak anak dengan kemampuan rendah dipaksa lulus untuk sekedar kepentingan nama baik sekolah, nama baik dinas kabupaten, nama baik propinsi, nama baik sebagian orang yang punya jabatan. guru paling tahu bagaimana kemampuan siswanya didalam kelas. generasi yang dibesarkan dengan kemudahan, dibuat tinggi nilai akademiknya demi sistem, demi lulus 100%, demi nama baik instansi, dapat apa mereka setelah keluar dari bangku sekolah???????????  apakah ini awal munculnya generasi koruptor? dimana tidak mau bekerja keras tapi dapat hasil yang maksimal. Apa yang kita tanam itulah yang akan kita penen kelak, sepertinya generasi penerus sudah melupakan kata bijak tersebut.hemmmmmmm.... Apakah saya akan berpikir seperti ini jika kelak menjadi pejabat di bidang pendidikan????

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Batik Penajam Paser Utara

Soal Semester Genap Sosiologi Kelas XI IPS

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SMA NEGERI I PANINGGARAN Alamat : Jl. Raya Paninggaran Pekalongan  É (0285) 521044 › 51164 Website : www.sman1paninggaran.sch.id E-mail : smanpaninggaran@yahoo.co.id   ULANGAN AKHIR SEMESTER G ENAP TAHUN PELAJARAN 2011 / 2012   PETUNJUK UMUM : 1.     Tulislah nama, nomor peserta, kelas/program pada lembar jawaban. 2.     Semua jawaban dikerjakan pada lembar jawaban yang tersedia. 3.     Kerjakan terlebih dahulu soal yang anda anggap paling mudah. 4.     Teliti kembali pekerjaan anda sebelum dikumpulkan. PETUNJUK KHUSUS : A.   Untuk soal nomor 1 s.d. 45  berilah tanda silang (X) pada huruf A , B , C , D , atau E yang anda anggap paling benar pada lembar jawaban yang tersedia! B.   Untuk soal no. 46 s.d. 50   jawablah dengan benar! Pilihan Ganda 1.     Masyarakat multikultural dapat diberi pengertian sebagai masyarakat yang... a.     Terdiri dua atau lebih kelompok atau go

PTK sosiologi

BAB I PENDAHULUAN A.   Latar Belakang Masalah Banyak kalangan pelajar menganggap belajar adalah aktivitas yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian dan pikiran pada suatu pokok bahasan, baik yang sedang disampaikan guru maupun yang sedang dihadapi di meja belajar. Kegiatan ini hampir selalu dirasakan sebagai beban daripada upaya aktif untuk memperdalam ilmu. Mereka tidak menemukan kesadaran untuk mengerjakan seluruh tugas-tugas sekolah. Banyak diantara siswa yang menganggap, mengikuti pelajaran tidak lebih sekedar rutinitas untuk mengisi daftar absensi, mencari nilai, melewati jalan yang harus ditempuh, dan tanpa diiringikesadaran untuk menambah wawasan ataupun mengasah ketrampilan. Menurunnya gairah belajar, selain disebabkan oleh ketidaktepatan metodologis, juga berakar pada paradigma pendidikan konvensional yang selalu menggunakan metode pengajaran klasikal dan ceramah, tanpa pernah diselingi berbagai metode yang menantang untuk berusaha. T