Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2012

Pendidikan anak

SI KECIL MASUK TPQ kesulitan mencari pembantu rumah tangga, mau ga mau membuat saya pusing. sebagai ibu muda yang bekerja sebagai guru sangat repot kalo tidak punya mbak dirumah. harus berangkat pagi, dan pulang sore. akhirnya tidak bisa memasukkan buah hati yang kini berusia 3,4 tahun ke sekolah (PAUD). daripada kasihan dirumah sendirian, akhirnya saya dan suami sepakat untuk kegiatan buah hati kami memasukkan ke TPQ (taman pendidikan Qur'an) sore hari didekat rumah. selain mengajarkan lebih dini anak kepada kitab sucinya juga membiasakan anak bergaul dengan teman sebayanya. tadinya saya sudah merasa cukup ketika anak dirumah, saya belikan VCD pembelajaran mengaji yang banyak dijual di toko kaset. tapi dia hanya duduk didepan monitor sendirian, sedangkan saya mengerjakan pekerjaan lain. tapi ketika sore hari dia selalu berdiri didepan rumah melihat anak-anak yang berangkat ke TPQ, saya sempat melihat dia senyum-senyum ketika anak yang lewat bercanda dengan temannya. saya bilang

Gender

KARTINI DI SPBU Pagi-pagi sudah meninggalkan rumah, melayani pembeli bahan bakar di SPBU hingga larut malam. Fenomena yang pada tahun-tahun terakhir ini sering kita lihat. Banyak pegawai SPBU perempuan, kemajuan dalam bidang teknologi bukan??. Perempuan, wanita, hawa atau apapun sebutan bagi makhluk yang dikenal nomor dua setelah laki-laki ini, yang biasanya memasak, yang gampang menangis ketika ada sesuatu menyentuh perasaannya. Dikatakan tidak “melek” teknologi, yang biasanya memegang alat-alat dapur. Lihatlah, sekarang mereka memasuki dunia yang katanya milik laki-laki. Pekerjaan mengoperasikan mesin-mesin pemompa bahan bakar, kini bisa dilakukan oleh perempuan. Masih banyak pekerjaan yang mulai digeluti perempuan padahal pada beberapa waktu lalu hanya didominasi oleh laki-laki. Namun, yang gampang kita temui adalah melihatnya sebagai karyawan SPBU. Kesenjangan gender dalam ilmu pengetahuan dan teknologi sebenarnya disosialisasikan dari ketika anak masih kecil. Ketika seorang anak

Guru dan Gender

GURU WAJIB SENSITIF GENDER Gender adalah suatu sifat yang dikonstruksikan secara sosial terkait dengan peran laki-laki dan perempuan. Banyak kalangan belum memahami apa yang disebut kodrat dan apa yang disebut peran gender. Oleh sebab itu, kesenjangan gender terjadi diberbagai bidang, misalnya politik, ekonomi, budaya dan tidak ketinggalan juga bidang pendidikan. Sering ditemui keluhan siswa perempuan karena temannya laki-laki tidak mau melaksanakan piket harian yang tugasnya menyapu dan menyirami tanaman didepan kelas. Siswa laki-laki mendapat tugas menghapus papan tulis atau mengambil buku paket diperpustakaan yang notabene membutuhkan tenaga kuat atau para siswa mengatakan tugas piket yang maskulin. Guru sebagai pendidik harus berperan aktif dalam mendidik siswa dalam menerapkan konsep gender disekolah. Selama ini gender hanya umum dibicarakan ditingkat perguruan tinggi. Pada jurusan kajian wanita, atau di LSM yang khusus menangani perempuan dan anak. Kenyataannya dilapangan banya